Jika kamu termasuk salah satu pengguna aplikasi VivaVideo, awas hati-hati! Pasalnya aplikasi VivaVideo dilaporkan memiliki dan bica curi data pengguna.
Aplikasi VivaVideo merupakan aplikasi edit video di hp Android dan iOS yang punya begitu banyak pengguna. Aplikasi ini dibuat oleh pengembang asal China yaitu QuVideo Inc.
Tak tanggung-tanggung, aplikasi ini telah diunduh lebih dari 100 juta kali di Google Play Store.
Laporan adanya malware pada aplikasi VivaVideo ini pertama kali dipublikasikan oleh perusahaan keamanan siber bernama VPNPro.
Bahaya Menggunakan Aplikasi VivaVideo
Daftar Isi
Dalam laporan terbaru yang dirilisi oleh VPNPro, mereka mengkalim bahwa aplikasi VivaVideo merupakan aplikasi spyware.
Aplikasi yang bisa didapatkan secara gratis itu nampkanya meminta sejumlah perizinan (permission) yang tidak wajar.
Salah satunya adalah permintaan aplikasi untuk mengakses lokasi pengguna via GPS. Sebagai aplikasi “editing video” tentu saja hal ini sangat tidak wajar.
Selain itu, aplikasi ini juga dapat meminta izin untuk memodifikasi (menulis file) memori eksternal, termasuk menusil dan membaca file yang tersimpan di dalamnya.
Kurang lebih aplikasi ini akan meminta 9 izin berbahaya di ponsel kamu, mulai dari yang disebutkan di atas, membaca keadaan ponsel, mengakses kontak di ponsel pengguna, hingga meminta untuk membaca log panggilan pengguna.
Sebetulnya bukan kali ini saja aplikasi VivaVideo dianggap berbahaya. Pada tahun 2017 lalu, aplikasi VivaVideo juga disebut sebagai aplikasi gudangnya malware.
Saking berbahayanya, aplikasi ini sampai dilarang di beberapa Negara. Salah satu Negara yang melarang adalah India. Aplikasi ini dianggap sebagai aplikasi mata-mata dan dilarang digunakan oleh mereka yang bekerja di bidang militer.
Namun begitu, ternyata salah satu aplikasi buatan QuVideo lainnya malah makin populer di India. Aplikasi itu bernama VidStatus.
Baca juga: 10+ Aplikasi Pemotong dan Penyambung Video di HP Android
Sejumlah Aplikasi Buatan QuVideo yang Juga Disinyalir Berbahaya
Selain VivaVideo, pengembang yang beralamat di Hangzhou ini juga memiliki sejumlah aplikasi serupa dengan nama yang berbeda.
Beberapa diantaranya adalah VivaVideo Pro, SlidePlus, Tempo, VivaCut, dan VidStatus.
Deretan aplikasi tersebut juga dinyatakan berbahaya, karena meminta sejumlah akses yang tidak wajar. Permintaan yang berbahaya untuk privasi dan data pengguna.
Bahkan aplikasi VidStatus dianggap sangat berbahaya oleh Microsoft karena ketahuan dibekali dengan program Trojan berbahaya yang bernama Trojan:Android/AndroRat.
Program Trojan Android yang ditemukan pada aplikasi tersebut bisa digunakan untuk menggerus rekening bank atau akun PayPal pengguna.
Di Negara India sendiri terdapat lebih dari 40 aplikasi berbahaya yang dilarang, lantaran disinyalir mengandung malware atau spyware yang berbahaya. Termasuk VivaVideo, bersama sejumlah aplikasi asal China lainnya seperti UC Browser, ShareIT, WeChat dan lain sebagainya.
Baca juga: 10+ Aplikasi Edit Video Terbaik di Android dan iOS
Mengoleksi dan Memonetisasi Data Pengguna
Seperti yang disampaikan oleh VPN Pro, kelakukan aplikasi yang meminta akses berbahaya ini amat erat kaitannya dengan kolektifitas (pengumpulan) data pengguna.
Seperti dilansir dari CNN Indonesia, alasan yang paling jelas adalah pengembang aplikasi gratis meminta begitu banyak izin berbahaya yang tidak perlu adalah untuk menjual informasi kamu kepada pengumpul data lainnya.
Salah satu data yang paling sensitif dan paling menguntungkan adalah data lokasi kamu.
Contoh kasus, permitnaan izin lokasi yang diminta aplikasi Tempo, bahkan meminta 4 kali meminta perizinan lokasi yang berbeda.
Dengan begitu, akan memungkinkan aplikasi mengirim data lokasi kamu hingga lebih dari 14 ribu kali per hari, bahkan ketikan kamu tidak sedang menggunakan aplikasi tersebut.
Data seperti ini akan membuat pengembang macam QuVideo makin kaya. Selaras dengan yang dikatakan oleh VPN Pro, bahwa beberapa pengumpul data bersedia membayar $4 US atau sekitar Rp. 56.000,- rupiah per bulan untuk setiap 1.000 pengguna aktif.
Baca juga: Hati-hati, 30 Aplikasi Android Berbahaya Ini Diam-diam Sedang mengintai Anda
Menyambung hal itu, pihak VPN Pro mengatakan bahwa QuVideo dapat menghasilkan lebih dari $30.000 US atau sekitar Rp. 439,6 juta dari pengguna aktif per bulannya.
Hal itu di dasarkan pada 5 persen pengguna aktif dari total pemasangan sejumlah aplikasi milik QuVideo. Bagaimana jika ternyata total pengguna aktif aplikasi mereka lebih dari itu? Tentu saja data yang mereka jual juga makin banyak.
Sekarang pihak pengembang VivaVideo kian menjadi sorotan. Pasalnya pihak pengembang aplikasi VivaVideo, belum memberikan keterangan resmi terkait dugaan yang dilontarkan VPN Pro tersebut.
Baca juga Google Meet Kini Terintegrasi via Menu Gmail atau ulasan lainnya di Tech News.